Kamis, 29 November 2007

Fwd: [Republika Online] Bila Anak Terlalu Cepat 'Dewasa'



23 Juni 2006
Bila Anak Terlalu Cepat 'Dewasa'
tri

Waktu tidur yang tepat, pola ibadah yang tepat, dan kedekatan dengan orang tuaakan memberikan kontribusi agar aqil baligh terjadi pada usia ideal.

Ada penelitian menarik yang dilakukan tim dari Yayasan Kita dan Buah Hati. Tim ini meneliti perkembangan sejumlah untuk sampai pada usia balig. Penelitian yang dilakukan tahun 2005 ini melibatkan 1674 siswa SD se-Jabotabek. Perinciannya 897 perempuan dan 777 laki-laki.

Hasilnya, 30 persen atau 3 dari 10 siswi kelas 4 SD yang diteliti sudah menstruasi. Angka ini mengalami kenaikan di kelas 5 SD. Persentasenya mencapai 48 persen. Sedangkan di kelas enam mencapai 59 persen. Untuk siswa laki-laki, sebanyak 38 persen sudah mengalami mimpi basah di kelas 4, 47 persen di kelas 5 dan 52 persen di kelas 6.

Yang lebih mengejutkan lagi, dalam penelitian ini terungkap pula bahwa 38 siswa sudah pernah melakukan masturbasi, 5 siswa secara berkala melakukan tindakan cabul, 5 siswa rutin nonton VCD porno, 10 siswa pernah menelepon pelayanan seks, 13 siswa pernah menyentuh organ temannya, 4 siswa mengaku senang ngintip orang mandi, 7 siswa pernah melakukan pelecehan seks dan 3 orang mengaku sering membanding-bandingkan organ vital.

Hasil penelitian ini bagi sebagian orang mungkin terasa mengejutkan. Karena itu jangan heran bila timbul pertanyaan, "Sudah demikian 'dewasanya'-kah anak-anak kita? Walau tidak menggambarkan keseluruhan data di lapangan, namun penelitian ini cukup mewakili kondisi anak-anak kita. Tentunya faktor asupan gizi, masifnya interaksi dengan lawan jenis, rangsangan media terhadap hal-hal berbau seks, ataupun ketidaksiapan orangtua dalam "mendewasakan" mereka--sehingga anak-anak cenderung mencari jawaban sendiri atas kepenasarannya, memiliki pengaruh yang besar.

Kondisi semacam ini, pada akhirnya menyebabkan anak tumbuh lebih cepat secara fisik/biologis, namun lambat secara mental dan emosi. Bila tidak ditangani secara serius, ketidakseimbangan ini bisa melahirkan masalah serius. Sekarang, bagaimana cara "menyiasati" agar masa pertumbuhan anak secara biologis (akil baligh) bisa tepat waktu, dan sebanding dengan tingkat kedewasaannya secara mental atau emosi? Masa akil baligh, apakah itu?

Fase akil baligh adalah fase di mana seseorang sudah harus bertanggungjawab terhadap pilihan hidupnya. Mengapa? Secara sederhana dapat digambarkan sebagai berikut. Sistem reproduksi dan sistem yang membentuk kecerdasan manusia pada dasarnya dibangun oleh unsur, komponen, dan elemen yang sama.

Pada masa embrional seorang wanita dan seorang pria sudah memiliki potensi reproduktif yang siap disempurnakan melalui suatu proses pematangan. Sebagai contoh, wanita sudah dibekali jutaan bakal sel telur. Sementara pria dibekali jutaan sel pemroduksi sperma.

Pada fase tumbuh kembang pasca kelahiran, seorang anak mengalami percepatan pertumbuhan pada sistem belajarnya. Untuk itu perkembangan sistem syaraf berjalan sangat pesat. Sebagian hormon pembangun utama dialokasikan untuk pertumbuhan sistem syaraf. Hormon-hormon tersebut antara lain testosteron dan DHEA yang memiliki banyak reseptoir di sel-sel otak. Konsentrasi pada pembentukan kepribadian dan kecerdasan ini mengakibatkan pertumbuhan dan pematangan sistem reproduksi berjalan dengan ritme yang lebih lambat.

Pada saat sistem syaraf dan kecerdasan, serta kemampuan pengambilan keputusan sudah memasuki standar kelayakan untuk digunakan, mulailah terjadi percepatan pematangan sistem reproduksi. Akibatnya, pada saat sistem reproduksi launching, sistem-sistem pengambilan keputusanseperti sistem syaraf sudah dapat berfungsi secara optimal. Itulah sebabnya konsep dosa diperkenalkan pada saat seseorang telah memasuki fase akil baligh. Artinya seseorang dianggap telah mampu berpikir rasional, mengolah data dan mengekspresikan dirinya, serta mampu melakukan penilaian secara adil dalam setiap bentuk interaksi.

Kematangan sistem syaraf yang diikuti kematangan sistem reproduksi membuat sistem reproduksi menjadi ujian yang sangat berat. Karena sistem syaraf dan kemampuan mengecap kenikmatan telah sempurna, maka sistem reproduksi diberi "insentif" berupa kesenangan yang berpotensi dosa. Proses reproduksi ini berfungsi sebagai bentuk "rekreasi" sekaligus sarana meneruskan keturunan. Kondisi ini dapat melahirkan dosa bila manusia salah menggunakannya.

Bila berbicara secara neuroendokrin, pada kondisi ini manusia dikendalikan oleh sistem pengambilan keputusan yang berbasis hawa nafsu. Hormon tergesa-gesa, cemas, mudah tersinggung, dan mudah berkeluh-kesah akan mendominasi setiap pengambilan keputusannya. Agar Akil Baligh tepat waktu

Bagaimana agar remaja tidak memiliki kepribadian tersebut? Kuncinya adalah persiapan akil baligh yang baik. Bagaimana persiapan akil baligh yang baik? Akil baligh memiliki usia yang ideal. Semakin cepat akil baligh terjadi, semakin tidak optimal pula proses tumbuh kembang sistem syaraf dan pengambilan keputusan. Sebaliknya, akil baligh yang terlambat akan menyebabkan terhambatnya tingkat kematangan dan kepribadian.

Bagaimana agar akil baligh bisa datang pada waktu idealnya? Kuncinya ada pada asupan makanan, cara berpakaian, komunikasi dengan orang tua, dan aktivitas fisik. Waktu tidur yang tepat, pola ibadah yang tepat, dan kedekatan dengan orangtua akan memberikan kontribusi agar akil baligh terjadi pada usia ideal. Makanan yang tidak terlalu tinggi lemak jenuhnya, kandungan serat yang mencukupi, serta aktif menjalankan ibadah, akan membantu anak agar bisa tumbuh sesuai waktunya.

Karena itu, anak di atas usia 5 tahun harus mulai diperkenalkan dengan ibadah. Tumbuhkan kecintaannya terhadap Allah SWT. Sebab, cinta akan mendorong aktivitas penerimaan pengetahuan dan kecerdasan hidup. Seorang anak yang dibesarkan dalam keluarga yang cinta pada Allah SWT, biasanya akan memiliki hormon pertumbuhan yang stabil, sehingga hormon kecerdasan dan kesabarannya meningkat. Dari sana, jalur khusus kelembutan dalam otaknya pun terbentuk.

Karena itu, bimbinglah buah hati kita untuk melaksanakan qiyamul lailatau shaum sunat. Ajarilah syariat ibadah dengan penjelasan sederhana termasuk konsep fikih dan akidahnya. Tentunya, rangsang pula kemampuan berpikir kritisnya melalui suatu media critical appraissal, di mana setiap hal dapat menimbulkan pertanyaan. Ajak anak-anak kita menyantuni fakir miskin agar gen kelembutan dan kepeduliannya senantiasa aktif, sehingga hal tersebut menjadi bagian dari "jiwa" kesehariannya. Ajak pula mereka untuk berempati pada penderitaan orang lain. Hal ini akan menjaga konsentrasi adrenalin; hormon yang bila berlebih akan menghasilkan sifat egois dan mau menang sendiri. Wallaahu a'lam


Berita ini dikirim melalui Republika Online http://www.republika.co.id
Berita bisa dilihat di : http://www.republika.co.id/Cetak_detail.asp?id=253426&kat_id=105



--
Silakan, kunjungi website (blog) saya ini :
http://yahumairah.blogspot.com