Kamis, 29 November 2007

Fwd: [Republika Online] Bocah-bocah Teraniaya


08 September 2007
Bocah-bocah Teraniaya

Manda Putriana (5 tahun) sejak Kamis (6/9) lalu terpaksa menghabiskan waktunya di Polsekta Samarinda Utara, Samarinda, Kalimantan Timur. Tapi, ini jauh lebih membahagiakan bagi Manda ketimbang saat berada di rumah. Dalam tiga tahun terakhir, rumah tempat tinggalnya seperti neraka. Selain dekat dengan maksiat, rumah yang berada di Kompleks Lokalisasi Bandang Raya Solong, Samarinda Utara, itu juga kerap menjadi tempat penyiksaan terhadapnya.

Di rumah itu, Manda tinggal dengan orang tua angkatnya. Pasangan Narno dan Linda adalah orang tua angkat mereka. Bukannya memberi perlindungan maksimal, menurut penuturan Manda, kedua orang tua angkatnya itu justru sering menyiksanya. ''Saya sering dipukuli mama Linda. Saya dipukul kalau disuruh cuci piring atau menyapu,'' ujar Manda, sambil memperlihatkan luka bekas penganiayaan di tangannya.

Gadis cilik yang tidak tahu ibu dan bapak kandungnya itu mengatakan dia juga pernah disundut rokok oleh Narno. Bahkan, dua anak kandung Linda, menurut pengakuannya, juga kerap memperlakukan dia dengan kasar. ''Kakak Adi sering mencakar dan mendorong saya sehingga jatuh. Sewaktu cuci piring, Mama Linda mendorong saya sehingga kepala saya bocor,'' tutur Manda dengan wajah polos.

Makin lama, penyiksaan yang dialami Manda ini makin kasat mata. Warga setempat pun tergerak hatinya untuk segera bertindak. Mereka melaporkannya kepada polisi. ''Kami masih memeriksa ibu angkatnya sebagai saksi. Beberapa warga kompleks lokalisasi itu akan kita mintai keterangan untuk memastikan tindak kekerasan terhadap anak di bawah umur itu,'' ujar Ajun Komisaris Andrias Susanto Nugroho, kepala Polsekta Samarinda Utara. Andrias mengungkapkan secara kasat mata, terdapat beberapa luka bekas penyiksaan di tangan dan tubuh korban. Untuk mengetahui kondisi yang lebih pasti, pihaknya menunggu hasil visum atas korban.

Namun, Linda membantah dia melakukan penganiayaan. Perempuan yang sehari-hari menjadi 'induk semang' bagi para perempuan nakal itu hanya mengakui dia memang sering meminta Manda mencuci piring. ''Sejak bayi, anak itu dititipkan kepada saya oleh Susy, bekas anak buah saya. Tidak betul kalau saya menyiksanya. Saya hanya suruh dia mencuci piring dan membersihkan rumah. Luka di kakinya itu adalah bekas korengan dan tidak ada yang menyundutnya dengan rokok,'' kata dia.

Apa pun pengakuan Linda, yang jelas kini Manda masih harus merasakan perihnya beberapa luka di tubuhnya. Bocah yang semestinya ceria menjalani masa kanak-kanaknya itu justru harus menghadapi kenyataan yang begitu berat. Manda menambah angka kasus penyiksaan yang harus dialami bocah-bocah tak berdosa.

Sebelumnya, seorang bocah berusia enam tahun, Zulkaidah, warga Sanggau, Kalimantan Barat, juga mengalami penyiksaan yang lebih parah. Akibat disiksa oleh ibu tirinya, Satin, Zulkaidah mengalami kelumpuhan dan harus dirawat di Rumah Sakit Dokter Soedarso, Pontianak. Selain disiksa, dia juga kerap tidak diberi makan hingga berhari-hari. Untunglah penyiksaan ini terbongkar pada pertengahan Agustus lalu.

Sehari-hari, Zulkaidah memang tinggal hanya dengan ibu tirinya. Sedangkan ayah tirinya, Asnan Sabar, sering tidak pulang karena bekerja di lokasi pertambangan yang jauh dari rumah. Penyiksaan inipun banyak diketahui tetangga korban. Warga pun kemudian berupaya mengakhiri kekejaman yang dialami bocah tak berdosa itu. Saat ibu tiri Zulkaidah tidak berada di rumah, warga bertindak. Mereka melarikan Zulkaidah ke rumah sakit.

Lebih parah lagi, penyiksaan yang harus dialami Nurul Fadilah. Bocah perempuan berusia dua tahun ini harus menemui ajalnya karena disiksa pamannya (Miskal, 40 tahun) warga Kampung Baru RT 13/07 Cakung Barat, Jakarta Timur, pada akhir Juli lalu. Selain terlihat bekas luka gigitan dan sundutan obat nyamuk bakar di sekujur tubuhnya, tangan kiri bocah nahas inipun patah.

Sebelum mengembuskan napas terakhir, Nurul sempat dirawat di Rumah Sakit Islam Cempaka Putih selama enam hari dalam kondisi tak sadarkan diri. Nurul dilarikan ke rumah sakit oleh warga, setelah mereka mengetahui bocah tersebut disiksa. Sayang, karena lukanya begitu parah, nyawa bocah inipun tak berhasil diselamatkan.

Nurul dititipkan kepada pamannya itu karena kedua orang tuanya menjadi tenaga kerja Indonesia (TKI) di Arab Saudi. Sehari-hari, Miskal lebih sering merawat Nurul dibanding istrinya. Makin lama, hal ini dirasakan Miskal sebagai beban. Kemungkinan besar, penyiksaan terhadap Nurul itu dilakukan sebagai pelampiasan atas kekesalannya menghadapi beban tersebut. Miskal kemudian diamankan polisi untuk menjalani proses hukum.

Sederet kisah tentang penyiksaan tersebut memberi gambaran kekejaman yang menimpa anak di bawah umur ini bukan hanya persoalan hukum, tapi juga problem sosial. Orang tua yang harusnya memberi perlindungan kepada anak, justru menyiksanya.

Pengamat media dan anak dari Yayasan Pengembangan Media untuk Anak (YPMA), B Guntarto, mengungkapkan penyiksaan terhadap anak itu kerap terjadi karena orang tuanya tidak mengerti cara yang baik untuk melampiaskan kekesalan hatinya. Dia menyeru agar kejadian seperti itu harus dihentikan karena dampaknya sangat buruk pada perkembangan jiwa anak, bahkan bisa sampai mematikan anak itu sendiri. ant/irf


Berita ini dikirim melalui Republika Online http://www.republika.co.id
Berita bisa dilihat di : http://www.republika.co.id/Cetak_detail.asp?id=306194&kat_id=3



--
Silakan, kunjungi website (blog) saya ini :
http://yahumairah.blogspot.com